Selalu menjadi pesona tiada henti saat aku melintasi kawasan Bintaro Jaya. Terlebih di saat pagi hari. Seperti biasa, pagi itu aku harus mengantarkan Ibu untuk berkunjung ke rumah saudara di bilangan Home Land, Ciputat. Usai berkemas dan memanaskan mesin, aku berangkat menuju kompleks permukiman Graha Raya. Permukaan jalan yang lebar dan sebagian di antaranya beralaskan sang polisi tidur tetap tak menghentikan kenyamanan melintasi area yang hijau dan tenang itu.
Tepat memasuki jalan baru, mengarah ke Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro, dari arah berlawanan di sisi kanan jalan melintas para pesepeda balap dalam jumlah yang lumayan banyak lengkap dengan aksesori dan pemimpin lintasan. Aku memelankan sambil sedikit menepikan kendaraan untuk memberikan ruang bagi para pesepeda itu yang sebentar lagi akan memutar arah perjalanan. Dari yang semula berlawanan, kini menjadi searah dan melintasi sisi kanan kendaraanku.
Aku sengaja tetap memelankan laju kendaraan dan berada di belakang rombongan para pesepeda balap itu. Sambil menikmati dan mengagumi mereka, batinku sambil berbisik seolah merasa menjadi pengawal rombongan pebalap itu. Di sisi kiri dan kananku juga terlihat beberapa warga sedang berolahraga. Sebagian jogging, berlari, berjalan kaki, hingga yang sekadar berswafoto ria. Seperti yang kulihat pagi itu, pemandangan yang hampir selalu identik dengan kawasan ini adalah beragamnya komunitas. Tidak jauh dari tempatku melintas, sekumpulan anak muda tengah beratraksi ollie di atas papan maple skateboard mereka.
Aku menjadi teringat ketika delapan tahun lalu, saat mengikuti sebuah acara dan menginap di Bandung. Usai makan sahur, aku bersiap diri mengenakan sepatu kanvas dan baju olahraga. Dalam kondisi berpuasa, pagi itu aku merencanakan untuk berlari pagi dengan jalur Gegerkalong Girang, depan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia menuju kawasan puncak Lembang. Dan itu berarti sebuah jalur pendakian. Dengan teknik berlari yang tepat akhirnya aku berhasil menempuh jarak 9 kilometer itu dalam waktu tiga jam. Di situ aku juga sempat berpapasan dengan para pesepeda balap yang turun dari kawasan Lembang menuju Kota Bandung.
Mempertemukan Bali dan Bintaro
Sejenak aku kemudian memimpikan adanya kegiatan lomba lari di Bintaro Jaya. Kurang lebih satu tahun lalu, dengan disponsori oleh salah satu lembaga keuangan multinasional, pernah diadakan lomba Color Run di Bintaro Jaya. Menyaksikan para peserta berlari dengan penuh semangat mengingatkanku pada para pesepeda balap yang sering terlihat di sepanjang jalan baru di akhir pekan. Terlebih saat para peserta mencapai titik poin dan mendapatkan bubuk warna-warni seolah semakin menguatkan kegembiraan dan keceriaan mereka selama mengikuti kegiatan.
Dikutip dari gemintang.com, lari maraton merupakan salah satu cabang atletik yang cukup bergengsi. Lebih dari 500 lomba maraton digelar setiap tahunnya di seluruh penjuru dunia. Maraton merupakan lomba lari jarak jauh yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu marathon (42,195 km), half marathon (21,975 km) dan 10K (10 km). Lomba-lomba maraton ini diawasi dan diatur oleh Asosiasi Maraton Internasional dan Lomba Lari Jarak Jauh (AIMS). Perlombaan maraton lahir pertama kali saat pesta olahraga Olympic di Athena, Yunani tahun 1896 dan diikuti oleh 17 peserta yang berlari sejauh 24,8 mil dari Marathon Bridge dan berakhir di Olympic Stadium.
Salah satu lomba maraton bergengsi dalam waktu dekat ini adalah Maybank Bali Marathon 2017. Maybank Bali Marathon merupakan lomba lari maraton tingkat internasional yang diselenggarakan Maybank Indonesia sejak 2012 yang memperlombakan ajang full marathon, half marathon, dan 10K. Di tahun keenam penyelenggaraan ini, para peserta akan menjajal rute baru. Tidak hanya berlari di sekitar Gianyar, peserta juga akan merasakan sensasi berlari di kawasan Klungkung dan Bangli. Masing-masing kategori akan mendapatkan kejutan dari rute lomba yang dilalui. Rute lomba yang diperluas ini dijanjikan akan menjadi rute yang indah, dan juga tetap menantang. Sedemikian populernya, hingga event ini sebelumnya dinobatkan sebagai Best Full Marathon 2016 oleh Runhood Magazine.
Dengan estimasi jarak half marathon sejauh 21,975 kilometer, maka lintasan ini kurang lebih seperti jarak antara Mal Alam Sutera di Tangerang dan Plaza Bintaro Satoe di Bintaro Jaya. Para peserta dapat melakukan start dari depan Mal Alam Sutera yang menyajikan pemandangan luas sisi tol ruas Jakarta – Merak. Mereka akan berlari melewati pusat perbelanjaan IKEA, berbelok memutar menuju supermarket Giant. Dari Giant, mereka berlari ke timur melintasi jalan kampung yang menghubungkan Alam Sutera dan kawasan Graha Raya. Memasuki jalan utama Graha Raya, kembali para peserta berbelok memutar ke kanan mengarah ke Bintaro Jaya. Di sepanjang perlintasan, para peserta dapat melihat keasrian Graha Raya dan pusat perbelanjaan TransMart yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Kontur jalan yang rata dan penuh kelokan di kawasan Graha Raya seakan menjadi pesona tersendiri yang menjadikan para pelari menjadi semakin menikmati perjalanan ketimbang mengingat dan berharap mereka bersegera memasuki titik finish.
Sisi kanan dan kiri di sepanjang jalan utama Graha Raya, menyajikan deretan kompleks permukiman lengkap dengan beragam gerbang khasnya. Memasuki Althia Residence, kompleks ini sekaligus menjadi pintu masuk menuju kawasan Bintaro Jaya. Sayangnya, jalan di depan Althia Residence ini dalam kondisi rusak. Mulai dari depan Ruko Althia hingga memasuki jalan baru arah Bintaro Jaya. Jika segera diperbaiki tentu akan memberikan kenyamanan untuk para warga melintas.
Jalan baru di sektor 9 adalah tempat favorit saya menikmati udara sejuk dan hamparan alam terbuka, termasuk kesempatan untuk melihat dari kejauhan Puncak Gunung Sindur, Bogor. Dengan trek lurus dan kelokan menurunnya, maka setiap kali aku mengemudikan kendaraan roda empatku dari jalan ini menuju Bintaro Jaya Exchange, hampir selalu aku merasakan seperti sedang melaju di Sirkuit MotoGP Philips Island di Australia.
Di sisi kiri jauh langsung terlihat gedung megah Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro, dan saat memasuki lampu merah, di sisi kiri langsung terlihat kawasan untuk bermain golf, dan supermarket Hero dan Gramedia. Menjelang sektor tujuh, para peserta mulai dapat melihat sebuah kawasan yang dahulu tanah nonproduktif kini telah berubah menjadi sekolah, ruko, dan pusat perkantoran Bintaro Jaya, lengkap dengan lajur pedestrian yang menggoda. Tepat di fly over di atas lampu merah Sektor 7, para peserta dapat sambil menikmati sejenak Bintaro Jaya dari sisi atas, Gedung Bank Permata dan Titan Center yang tinggi menjulang, atau Gedung CIMB Niaga dan Hotel Santika Premiere di sisi kiri dan kanan. Para peserta kemudian akan menuju Bintaro Jaya Exchange, yang lagi-lagi juga menyajikan pemandangan luas sisi tol Jakarta – Serpong.
Dari Bintaro Jaya Exchange, para peserta kemudian bergerak menuju gedung Bank Permata kembali untuk menuju Jl. Bintaro Utama. Melewati depan Rumah Sakit Premier Bintaro, para peserta terus bergerak menuju kawasan Cikini, melewati depan perguruan tinggi terkemuka Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atau STAN. Tidak lama setelah itu para peserta akan melihat salah satu ikon Bintaro, yaitu Bintaro Plaza. Selepas lampu merah, para peserta akan terus berlari melewati bawah rel kereta yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang di Jakarta dan Stasiun Rangkas di Banten. Para peserta kemudian akan mengakhiri rute pelarian tepat di depan Plaza Bintaro Satoe, yang di sisi belakangnya terdapat taman kecil tempat para peserta dapat melepas lelah.
Bintaro memiliki banyak kantor perusahaan. Salah satunya CIMB Niaga yang gedungnya menjulang tinggi. Berbicara tentang CIMB Niaga, merupakan lembaga keuangan yang identik dengan penyelenggaraan color run, baik yang pernah diadakan di Jakarta dan khususnya di Bintaro Jaya. Tujuan untuk menggabungkan event half marathon dengan color run ini adalah agar para peserta dapat lebih menikmati kawasan permukiman Bintaro Jaya. Jika merasa lelah dan ingin sejenak beristirahat sambil tetap berjalan, para peserta dapat memanfaatkan lajur pedestrian yang ada. Dan jika ingin mengabadikan gedung-gedung yang tinggi menjulang atau tetes embun di dedaunan sekalipun, para peserta dapat menggunakan smartphone mereka untuk kemudian mereka unggah ke akun media sosial milik mereka.
Sajian bentang alam hijau di sepanjang perlintasan ini tentu akan menjadi semakin menyenangkan jika dikombinasikan dengan model color run yang pernah diselenggarakan. Serbuk aneka warna yang telah mendapat sertifikasi keamanan bagi kesehatan tubuh dari Komisi Pengawas Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (FDA) dan disiramkan ke anggota tubuh para pelari tentu dapat menjadi sensasi tersendiri. Para peserta akan selalu tergoda untuk menebarkan senyuman dan keceriaan kepada para peserta lainnya. Seakan memberikan pesan akan Bintaro sebagai kota satelit yang ramah dan penuh dengan keceriaan.